Pemerintah Iran pada Senin (5/5/2014) lalu mengambil kebijakan untuk
melarang warga negaranya menggunakan layanan pesan instan WhatsApp.
Diduga, Mark Zuckerberg, CEO Facebook, yang membeli WhatsApp sebagai
penyebabnya.
Menurut Fox News (4/5/2014), rezim Iran yang saat ini
berkuasa mengatakan bahwa WhatsApp kini dimiliki oleh seorang keturunan
Yahudi, setelah Zuckerberg melalui Facebook mengakuisisi WhatsApp dua
bulan lalu, dengan harga 19 miliar dollar AS.
"Alasan pelarangannya adalah asumsi bahwa WhatsApp kini dimiliki oleh
pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, yang merupakan seorang zionis
Amerika," ujar Kepala Komite Kejahatan Internet Iran Abdolsamad
Khorramabadi.
Namun, selain isu zionisme, langkah yang diambil oleh pemerintah Iran
tersebut dianggap sebagai bentuk ketakutan mereka terhadapa kekuatan
media sosial.
Salah seorang bloger Iran mengatakan kepada Fox News bahwa Garda Revolusi melihat bahwa situs jejaring sosial sebagai ancaman.
"Pemerintah takut karena banyak pemuda Iran yang bisa bertukar
informasi secara cepat," ujar bloger yang tidak ingin disebutkan namanya
tersebut. "Khameini dan kroninya menyadari kekuatan ini setelah
munculnya Green Movement," imbuhnya.
Green Movement atau juga disebut Twitter Revolution adalah protes
yang dilakukan warga Iran pada Juni 2009 lalu. Protes ini digerakkan
melalui jejaring sosial Twitter yang menentang hasil keputusan Pemilu
Iran yang saat itu dimenangi oleh Mahmoud Ahmadinejad.
Warga Iran lebih mendukung kandidat dari partai oposisi, yaitu
Hossein Mousavi dan Mehdi Karroubi. Protes yang terjadi di kota-kota
besar Iran itu membuka mata dunia akan kekuatan jejaring sosial.
Twitter dan Facebook, media sosial yang digunakan untuk menggalang
kekuatan protes, sejak saat itu mulai dilarang penggunaannya oleh
pemerintah Iran.
Walau menuai kesuksesan, namun WhatsApp sering dijadikan sebagai kambing hitam, seperti yang terjadi di Timur Tengah. Pada Februari lalu, WhatsApp dituding oleh seorang rabi Israel sebagai penyebab utama hancurnya bisnis dan rumah-rumah warga Yahudi.
Walau menuai kesuksesan, namun WhatsApp sering dijadikan sebagai kambing hitam, seperti yang terjadi di Timur Tengah. Pada Februari lalu, WhatsApp dituding oleh seorang rabi Israel sebagai penyebab utama hancurnya bisnis dan rumah-rumah warga Yahudi.
WhatsApp sendiri sudah memiliki 500 juta pengguna aktif global dan
telah melayani 700 juta foto dan 100 juta video setiap harinya.
Pihak WhatsApp dan Facebook belum mengeluarkan pernyataan resmi mereka atas pemblokiran aplikasi mereka di Iran.
Dianggap Milik Yahudi, Iran "Haram-kan" WhatsApp
Alternative Link : [ Click Here ... ]
0 Response to "Dianggap Milik Yahudi, Iran "Haram-kan" WhatsApp"
Posting Komentar
Tulis Komentar Anda dibawah ini jika mengalami permasalahan atau kesulitan. Dan ingat, Berkomentarlah dengan Baik